Translate

Rabu, 18 Juli 2012

Marhaban ya Ramadhan

Tidak terasa bulan sya'ban telah memasuki hari-hari akhirnya. Seperti biasanya pada akhir bulan sya'ban ini kegembiraan hati membuncah. Tanpa disadari suka cita ini mengalir dalam relung jiwa, menari-nari di sudut-sudut hati yang paling dalam. 

Betapa tidak, karena sebentar lagi kita akan memasuki bulan suci ramadhan, bulan yang penuh rahmat dan ampunan dari Sang Maha Pencipta, yang didalamnya terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan dan pahala segala amal ibadah dilipatgandakan.
Bulan suci ramadhan adalah momentum bagi seorang muslim untuk mencapai derajat taqwa, menjadi kepompong untuk menjelma menjadi kupu-kupu yang indah.  Ramadhan adalah arena pensucian jiwa, kawah candradimuka untuk menempa setiap muslim agar menjadi muslim yang terpilih-derajat muttaqin.

Bagi saya ramadhan adalah kenangan. Kenangan masa kanak-kanak yang dibentuk oleh orang tua dan lingkungan di kampung,  tempat dulu saya tinggal dan dibesarkan.

Menanti dan menyambut ramadhan dimasa kecil saya bagaikan euforia layaknya menanti piala euro atau piala dunia, menanti pertandingan melawan hawa nafsu. Kegembiraan ramadhan adalah melihat ramainya hiruk pikuk berjubelnya manusia yang datang ke masjid untuk sholat tarawih, kegembiraan menabuh bedug seuai shalat tarawih, kemudian bersama teman-teman mendaras Al-qur'an hingga larut malam hingga tak jarang sampai tertidur dalam masjid.

Tidak kalah serunya, ketika ramadhan adalah bangun lebih awal untuk beramai-ramai membangunkan warga untuk sahur dengan berbagai alat musik ataupun hanya sekedar kentongan dari bambu. Di cirebon rombongan yang membangunkan sahur ini lebih dikenal dengan nama "obrog".

Puasa disiang hari tidak mengurangi aktivitas bermain seusai sekolah, meski karena saking lelahnya ditengah terik matahari kota cirebon yang begitu menyengat tidak jarang saya harus berendam di bak mandi untuk mengurangi panas yang demikian membara, gigih untuk tidak menyerah, pantang untuk membatalkan puasa. Hingga sore harinya terhibur oleh harum daun pandan dari panci kolak yang dimasak oleh Emak didapur. Ya kegembiraan yang didapat ketika menanti azan maghrib untuk berbuka.   

Puncak kegembiraan ramadhan bagi saya dimasa kecil adalah ketika menyambut datangnya Iedul Fitri, dengan harapan dan doa agar Emak dan Bapak punya kelebihan rezeki dan bisa membelikan baju dan sendal baru untuk lebaran, simbol lembaran baru nan suci bersih.
Kenangan masa kecil saya ketika ramadhan masih melekat begitu jelas dalam jiwa, kenangan yang dibentuk oleh orang tua dan lingkungan, kenangan yang juga pada ramadhan kali ini ingin saya bentuk kepada anak-anak saya.  Mengajak mereka tarawih di masjid, mendaras Alqur'an, ngabuburit, dan menghidangkan kolak dengan harum wangi daun pandan.

Marhaban ya Ramadhan...



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan beri komentar