Tadi malam saya melakukan perjalanan dari Cirebon menuju Bogor seorang diri. Karena lelah, kurang lebih pukul sepuluh malam saya memutuskan untuk beristirahat di salah satu pom bensin di daerah Cikampek. Saya terbangun pukul dua dini hari dan kemudian mencari musholla untuk melakukan sholat tahajud. Seusai tahajud dan berdzikir, saya melepas lelah duduk-duduk di teras musholla. Musholla di pom bensin ini cukup besar-bersih-tertata apik dan didepannya ada sedikit taman yang juga terawat dengan baik. Agaknya musholla ini sengaja dibuat untuk dijadikan ladang amal bagi pemiliknya.
Translate
Minggu, 20 Mei 2012
Senin, 14 Mei 2012
Nuruddin Al-Indunissy...
Cerita ini saya copas dari postingan facebook-nya Akhi "Nuruddin Al-Indunissy"
(Pengarang Buku : REHAB HATI), sangat menyentuh dan bagus untuk disimak...
SE-ISTIMEWA PRASANGKA
saudaraku, jika saat ini, kata demi kata dicatatan ini sedang berlayar dimatamu lalu satu persatu menuruni lembah hatimu. maka yakinkanlah, kata kata yang menyelinap dan mengisi keresahan itu bukan sebuah kebetulan, k arena semuanya tak akan terjadi tanpa seizin-Nya. maka simaklah hingga akhir, karena tulisan ini kutulis dari hatiku dan ini untukmu.
(Pengarang Buku : REHAB HATI), sangat menyentuh dan bagus untuk disimak...
SE-ISTIMEWA PRASANGKA
saudaraku, jika saat ini, kata demi kata dicatatan ini sedang berlayar dimatamu lalu satu persatu menuruni lembah hatimu. maka yakinkanlah, kata kata yang menyelinap dan mengisi keresahan itu bukan sebuah kebetulan, k arena semuanya tak akan terjadi tanpa seizin-Nya. maka simaklah hingga akhir, karena tulisan ini kutulis dari hatiku dan ini untukmu.
Sabtu, 12 Mei 2012
Ke Laut Saja-lah...
Kemarin sewaktu mengendarai mobil dari radio terdengar lagunya Radja yang reff-nya kurang lebih "Pergi, pergilah, jauhi diriku, mendingan cabut ke laut saja lah...". Saya jadi teringat lagu Bengawan Solonya "Gesang" seniman besar kita, "Air mengalir sampai jaaauh, akhirnya ke lauuut...". Sepertinya mirip-mirip juga, menggambarkan bahwa laut adalah tempat yang jauh, atau kalau dalam syairnya Radja lebih banyak menunjukkan tempat yang tidak disukai.
Rabu, 09 Mei 2012
Kenapa Harus Membenci...
Kembali saya akan menceritakan pengalaman yang saya alami ketika saya dan istri saya berhaji di tahun 2010. Saya ingin menceritakan pengalaman tentang kebencian saya terhadap Negara Malaysia. Sebelum berangkat ke tanah suci, saya teramat amat-sangat membenci segala sesuatu yang berbau Malaysia, apapun itu-pokoknya yang berbau Malaysia-saya benci. Pernah suatu ketika di tahun 90-an ketika itu saya nonton pertandingan bulutangkis "Thomas Cup" yang di tayangkan televisi di tempat kost saya di jalan Lodaya Ujung di Bogor.
Bukan Biasa-Biasa Saja...
Barangkali bagi anda yang sudah terbiasa melakukan sholat wajib secara berjamaah-apalagi yang melakukannya lima kali dalam sehari, melaksanakan sholat berjamaah tidak akan terasa berat atau bahkan karena sudah terbiasa akan merasakan seolah biasa-biasa saja. Benarkah demikian? Salah seorang ustadz saya pernah mengatakan dalam satu kesempatan, ketika sedang mengisi pengajian Coffee-Morning di Musholla "Al-Ikhlas" di perumahan kami, beliau mengatakan "Mungkin bagi kita disini yang terbiasa berjamaah, melaksanakan sholat berjamaah-seperti sholat shubuh yang baru saja kita lakukan, akan terasa biasa-biasa saja. Tapi dalam pandangan Allah SWT adalah tidak demikian. Allah SWT sangat menyukai hamba-hambaNya yang sholat berjamaah".
Sabtu, 05 Mei 2012
Titip Rindu dan Salam untuk Sang Kekasih...
Tahun 2010, alhamdulillah saya bersama istri saya mendapat panggilan untuk beribadah ke tanah suci, saya sendiri merasa heran karena panggilan ini begitu cepatnya padahal saya baru antri selama 2 tahun. Keheranan saya ini terjawab setelah saya ketahui bahwa rupanya di tahun ini ada tambahan quota jumlah jamaah haji asal Kabupaten Bogor.
Jumat, 04 Mei 2012
Belajar Wudhu...
Suatu ketika saya melihat anak saya yang paling kecil "Sabila" sedang berwudhu, dengan menggunakan pancuran air dari wadah plastik menyerupai ember bekas wadah ayam goreng "KFC" yang diberi plastik pipet, wadah ini memang sengaja dia minta buatkan untuk berwudhu. Saya melihat gerakan yang gemulai dan takzim dari si kecil ini dengan sangat tertib dan sama sekali tidak ada keterburu-buruan. Terakhir dibasuhnya kedua kakinya yang putih bersih hingga mata kaki. Saya melihat wudhu anak saya yang bungsu ini sudah sangat bagus-minimal sudah terpenuhinya syarat sah dan rukunnya. Kenapa saya katakan bagus? karena seusia dia yang baru kelas 3 SD sudah bisa berwudhu dengan sangat tertib, saya membandingkannya dengan saya ketika seusia dia bahkan sampai masa SMP, wudhu yang saya lakukan adalah secepat kilat-bahkan tungkak kakipun kadang tidak tersentuh air. Padahal pada masa itu kaki saya sangat dekil dan berdaki, maklum saya adalah anak kampung yang masih suka nyeker kemana-mana.
Mendekap Rindu...
Ketika saya masih kecil, sholat adalah satu hal yang paling diharuskan oleh orang tua saya. Kala itu dengan ketidakmengertian dan keterpaksaan saya melakukan sholat yang diperintahkan orang tua, tidak jarang saya kena marah bahkan kena pukul karena malas untuk melakukannya. Sholat berjamaah, terutama sholat maghrib, isya dan shubuh di masjid kampung saya "Al-Jumhur", saya lakukan meski terkadang dengan sangat terpaksa. Satu hal yang membuat saya agak terhibur adalah bahwa di masjid saya bisa bertemu dengan teman-teman tetangga, bisa main kejar-kejaran, main sabet-sabetan pake sarung, atau bercanda ciprat-cipratan air di tempat wudhu.
Menghalau Galau...
Akhir-akhir ini kita sering sekali mendengar kata-kata "Galau", di kalangan remaja kata "galau" mungkin popularitasnya menyaingi kata "suju" (super-junior) group boysband asal Korea. Kata galau sepertinya sedang naik daun-mejeng dimana-mana, di status facebook, iklan di tv, syair lagu, bahkan kata galau sudah menjadi aliran musik tersendiri seperti group band "Cassandra" (Choki/bas, Inos/gitar, dan Anna/vokal) yang mengambil genre "pop-ballad galau". Sebenarnya "galau" bukan hanya monopoli anak-anak remaja, tapi orang tua bahkan presiden pun bisa saja merasa galau.
Kamis, 03 Mei 2012
Seruan Sang Khalik...
Di usia saya yang sudah berkepala empat ini, empat puluh empat tahun atau tepatnya empat puluh lima pada 2 November mendatang, saya mencoba untuk menghitung berapa kali seharusnya saya pernah mendengar suara azan. Kalau dihitung-hitung seharusnya saya sudah pernah mendengar azan sebanyak 44 tahun x 365 hari x 5 suara azan = 80.300 kali suara azan.
Langganan:
Postingan (Atom)