Translate

Sabtu, 05 Mei 2012

Titip Rindu dan Salam untuk Sang Kekasih...

Tahun 2010, alhamdulillah saya bersama istri saya mendapat panggilan untuk beribadah ke tanah suci, saya sendiri merasa heran karena panggilan ini begitu cepatnya padahal saya baru antri selama 2 tahun.  Keheranan saya ini terjawab setelah saya ketahui bahwa rupanya di tahun ini ada tambahan quota jumlah jamaah haji asal Kabupaten Bogor.

Banyak pengalaman ruhani yang saya alami selama menjalankan ibadah haji yang saya yakin pengalaman ruhani yang dialami setiap jamaah pasti berbeda satu dengan yang lain.  Ada satu pengalaman yang saya alami, yaitu ketika itu di Masjid Nabawi (Masjid Nabi) di Madinah.  Setelah sholat di raudhoh-yaitu salah satu tempat dikabulkannya doa-yaitu tempat antara rumah Rasulullah dan mimbar tempat Rasulullah berkhotbah, setelah sholat saya pun keluar meninggalkan raudhoh mengikuti arus jamaah yang berdesak-desakan dan mengikuti arah ke depan rumah yang sekarang menjadi makam Rasulullah.  Semula saya berjalan biasa saja dan sekaligus ingin melihat makam Rasul dari dekat sambil berulang-ulang mengucapkan sholawat kepada Rasul.  Namun ketika tiba di depan makam Rasul, apa yang saya rasakan? tak kuat rasanya saya menahan haru, tak kuat rasanya saya membendung air mata.  Dengan rasa tak percaya, "Ya Allah....di depan hamba sekarang ini adalah makam RasulMu ya Allah..., kekasihMu ya Allah, yang menegakkan agamaMu di muka bumi ini ya Allah, ampunkan hambamu ini ya Allah...ampuni kekurangcintaan hamba pada RasulMu ya Allah...".

Setelah berada diluar masjid, dengan air mata masih bercucuran dan sedu-sedan yang masih mengguncangkan dada, saya pun duduk di pelataran masjid sambil menatap dari luar kubah hijau yang tepat di bawahnya adalah makam Rasul, saya menatap seolah-olah saya hidup di zaman Rasul, menatap beliau dari jauh dengan kecintaan yang mendalam. Sambil masih terisak-isak saya pun merenung, seandainya saya hidup di zaman Rasulullah berabad-abad yang lalu, apakah saya akan menempati posisi para sahabat ataukah saya malah menjadi Abu Jahal-Abu Jahal yang lain? Apakah saya akan mengangkat pedang membela Rasulullah mati-matian ataukah malah menghujat dan memeranginya? Ya Allah, hamba bersyukur akan nikmat Islam dan Iman yang telah Engkau berikan.  Hamba bersyukur kepadaMu ya Allah lewat perjuangan RasulMu maka syiar agamaMu sampai di negeri hamba. Ya Habibie... pantaslah jikalau Allah sangat menyayangimu, ya Habibie... pantaslah jikalau Allah mengelu-elukanmu.  Lewat engkaulah Wahai Sang Kekasih, Allah menyeru hamba untuk menyembahNya, melalui engkaulah Wahai Sang Kekasih, Allah mengajarkan hamba untuk mentaatiNya. Saya membayangkan Rasulullah pun menatap saya sambil tersenyum, seolah-olah mengatakan sesuatu, "ikutilah sunnah-sunnahku...".  Isak tangis dalam dada pun mereda menjelma menjadi perasaan lega-lila.  Dan saya pun seolah-olah mendapatkan jawaban.

Kecintaan kepada Rasul adalah kecintaan kepadaNya, ketaatan kepada Rasul adalah ketaatan kepadaNya.  Jadi cintailah dan taatilah Rasulullah, dengan mencintai dan mentaai ajarannya, dengan menjalankan sunnah-sunnahnya.

Jika suatu saat anda diberi kesempatan untuk beribadah haji, saya menitipkan rindu dan salam saya untuk disampaikan kepada "Sang Kekasih"...Ya Nabi salam Alaikaa...Ya Rasul salam Alaikaa...Ya Habib salam Alaikaa... Sholawatullah Alaikaa...  

2 komentar:

  1. Terimakasih atas pengalaman perjalanan spiritual menunaikan ibadah haji ke tanah suci. Saya menjadi "hanyut menikmati" perjalanan tersebut, seakan saya duduk, berdiri, berjalan dan berlari di belakang Pak Yanto.
    Saya tersadarkan dan menitikkan air mata. Dan saya Insya Allah akan menyampaikan "titip rindu dan salam" dari Pak Yanto untuk disampaikan kepada "sang Kekasih Allah SWT" di tempat dan waktu sebagaimana yang dimaksud dalam tulisan tersebut. Amien yaa robbal 'alamin

    BalasHapus

Silahkan beri komentar