Di usia saya yang sudah berkepala empat ini, empat puluh empat tahun atau tepatnya empat puluh lima pada 2 November mendatang, saya mencoba untuk menghitung berapa kali seharusnya saya pernah mendengar suara azan. Kalau dihitung-hitung seharusnya saya sudah pernah mendengar azan sebanyak 44 tahun x 365 hari x 5 suara azan = 80.300 kali suara azan.
Entah berapa kali kumandang suara azan yang benar-benar saya dengar, karena mungkin saat azan saya sedang berada ditempat yang tidak tersentuh suara microfon karena saya sedang berada di desa terpencil atau di tengah hutan, atau saya sedang berada ditempat yang hiruk pikuk atau bahkan saya tidak mendengar sama sekali karena saya sedang tidak sadar, terlena di tempat tidur. Dan dari yang benar-benar terdengar pun, entah berapa kali saya benar-benar mendengar, mencari sumber suara, dan kemudian mendirikan sholat. Kebanyakan yang terjadi adalah saya hanya sebentar menegakkan telinga, paling hanya bergumam "oh, sudah azan...", lalu melanjutkan aktivitas keseharian. Barangkali dapat dihitung dengan jari, saat dimana saya menunggu suara azan dikumandangkan, menunggu sambil berzikir, mendengar sambil meresapkan makna dan menjawab panggilanNya, lalu mendirikan sholat.
Entah berapa kali kumandang suara azan yang benar-benar saya dengar, karena mungkin saat azan saya sedang berada ditempat yang tidak tersentuh suara microfon karena saya sedang berada di desa terpencil atau di tengah hutan, atau saya sedang berada ditempat yang hiruk pikuk atau bahkan saya tidak mendengar sama sekali karena saya sedang tidak sadar, terlena di tempat tidur. Dan dari yang benar-benar terdengar pun, entah berapa kali saya benar-benar mendengar, mencari sumber suara, dan kemudian mendirikan sholat. Kebanyakan yang terjadi adalah saya hanya sebentar menegakkan telinga, paling hanya bergumam "oh, sudah azan...", lalu melanjutkan aktivitas keseharian. Barangkali dapat dihitung dengan jari, saat dimana saya menunggu suara azan dikumandangkan, menunggu sambil berzikir, mendengar sambil meresapkan makna dan menjawab panggilanNya, lalu mendirikan sholat.
Suara azan adalah seruan Sang Khalik, yang mengingatkan kita akan adanya jeda waktu bagi tubuh jasmani dan tubuh ruhani kita, untuk rehat dan terjaga, dimana ruh dan jazad fisik kita membutuhkan kesadaran bersama untuk menyatu, untuk sadar tentang tujuan penciptaan kita. Kita diingatkan untuk sadar bahwa apapun peran yang kita jalankan di dunia ini, sehebat apa kita ini pada akhirnya akan dibatasi juga oleh waktu. Suara azan adalah latihan bagi kita untuk siap melakukan perjalanan menghadapNya.
Kesadaran yang terlatih untuk menanti suara azan dalam aktivitas keseharian, adalah kunci sukses kehidupan. Kemampuan menyatukan kesadaran tubuh jasmani dan tubuh ruhani dalam aktivitas keseharian adalah kunci hidup bahagia dan ketenangan hati.
Jadi ada baiknya kita mulai untuk berlatih menanti suara azan, mendengar, meresapkan makna, dan berlatih untuk kembali menghadapNya. Karena "Seruan Sang Khalik" adalah ajakan menuju "Kemenangan"...
Pak Yanto, dahsyat sharringnya . . .
BalasHapusSayapun demikian adanya. Mohon ingatkan saya, atau kita saling mengingatkan untuk selalu menomorsatukan memenuhi seruan-Nya. Amien
Terima kasih komentarnya Pak Rio, mari kita saling ingat-mengingatkan, Masjid "Amaliah" Ciawi ke depan kita jadikan tempat berlatih-kawah pembinaan badan jasmani dan ruhani kita agar senantiasa selaras di setiap aktivitas keseharian kita.
Hapus